Tahun Transformasi: Stakeholder Esports Merenungkan 2024

Tahun Transformasi: Stakeholder Esports Merenungkan 2024

Perubahan Besar Esports di Tahun 2024

Esports itu kayak roller coaster: naik-turun, bikin deg-degan, tapi tetep bikin orang mau naik lagi. Tahun 2024 jadi tahun yang penuh drama buat dunia esports, mulai dari perpisahan emosional LCS (bye-bye, League of Legends), sampai gebrakan baru kayak Esports World Cup dan Overwatch Champions Series. Oh, dan jangan lupa debut Counter-Strike 2 yang bikin komunitas CS:GO galau berjamaah.

Konsolidasi dan Adaptasi: Drama Ekosistem Esports

Bicara soal 2024, kata kuncinya adalah konsolidasi. Banyak tim dan organisasi esports lebih memilih kawin massal—alias merger—buat bertahan hidup di tengah kondisi “musim dingin esports”. Istilah kerennya sih, adaptasi. Tapi kalau diterjemahin ke bahasa slang, intinya “bikin geng biar gak kalah saing”.

Steve Arhancet dari Team Liquid bahkan nyebut 2024 sebagai “medan perang transformasi besar-besaran.” Ada yang kalah, ada yang menang. Tapi yang jelas, sektor ini terus berkembang dengan tantangan komersialisasi dan engagement yang gak pernah gampang.

Pendapat Stakeholder: Tahun Naik Daun atau Lagi Apes?

Menurut Nicolas Maurer (CEO, Team Vitality), 2024 tuh kayak ngelurusin jalan yang udah ada. Gak banyak game baru, tapi industri lebih fokus ke yang udah jelas: CS2, VALORANT, dan League of Legends. Sedangkan buat Alban Dechelotte dari G2 Esports, tahun ini kayak napas segar. Esports World Cup dan turnamen campuran (cowok-cewek) di VALORANT jadi bukti kalau inklusi mulai serius digarap, meskipun jalan masih panjang.

Namun, gak semua cerita manis. Hicham Chahine (CEO Ninjas in Pyjamas) ngeluh soal kurangnya fokus di turnamen gender minoritas. Kesannya, industri ini malah mundur dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Tantangan 2024: Bisnis yang Kuat vs yang Berantakan

Banyak CEO yang ngomong soal “esports winter”, istilah buat ngegambarin kondisi finansial yang suram. Marco Mereu (CEO M80) terang-terangan bilang kalau survive itu udah achievement. Sementara Team Liquid harus juggling antara ekspansi global dan manajemen mikro-makro. Bukan cuma soal uang, tapi juga gimana tetap relevan di mata penggemar.

Esports Paling Ngetop dan yang Kurang Greget di 2024

Kalau ngomongin yang paling impresif, Mobile Legends lagi-lagi jadi jagoan di Asia Tenggara. Craig Levine (co-CEO ESL FACEIT Group) bahkan bilang Snapdragon Pro Series tahun ini pecah banget dengan 830 ribu penonton buat open qualifier aja.

Sebaliknya, Rocket League dapet kritik karena dianggap kurang ngatur ekosistem profesionalnya. Sayang banget, kan? Game-nya bagus, tapi kayak anak pintar yang malas belajar.

Esports di 2024: Masih Banyak PR!

Kesimpulannya, 2024 adalah tahun penuh dinamika. Ada yang sukses besar kayak kemenangan Team Vitality di IEM Cologne, tapi ada juga yang kecewa kayak G2 Esports yang harus keluar dari Rocket League. Industri ini emang seru, tapi juga bikin ngos-ngosan. Siap-siap aja, karena 2025 pasti bakal lebih “panas”!